Makalah BLUEFIN TUNA (Thunnus Tynnus)

MAKALAH

BLUEFIN TUNA
(Thunnus thynnus)

Disusun Oleh:
NAMA                       : JANUAR NANDA
NIM                            : 1411101010005


 






JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015














Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “PENGANTAR ILMU PERIKANAN DAN KELAUTAN”Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar ilmu Perikanan dan Kelautan Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Pengantar ilmu Perikanan dan Kelautan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

  
Darussalam 30 desember  2015

                                                                                    Penyusun






DAFTAR ISI


Halaman
1.2 Tujuan ...........................................................................................................................













BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Tuna adalah ikan laut pelagik yang termasuk bangsa Thunnini, terdiri dari beberapa spesies dari famili skombride, terutama genusThunnus. Ikan ini adalah perenang andal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobindari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru Atlantik (Thunnus thynnus), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan bertubuh besar, tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi.
Tuna memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet. Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisik-sisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang (vertebrae) antara 31–66 buah.[1]
Aspek yang luar biasa dari fisiologi tuna adalah kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Sebagai contoh, tuna sirip biru dapat mempertahankan suhu tubuh 75-95 °F (24-35 °C), dalam air dingin bersuhu 43 °F (6 °C). Namun, tidak seperti makhluk endotermik seperti mamalia dan burung, ikan tuna tidak dapat mempertahankan suhu dalam kisaran yang relatif sempit.[2]
Tuna mampu melakukan hal tersebut dengan cara menghasilkan panas melalui proses metabolisme. Rete mirabile, jalinan pembuluh vena dan arteri yang berada di pinggiran tubuh, memindahkan panas dari darah vena ke darah arteri. Hal ini akan mengurangi
pendinginan permukaan tubuh dan menjaga otot tetap hangat. Ini menyebabkan tuna mampu berenang lebih cepat dengan energi yang lebih sedikit.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan daripada pembuatan makalah ini ialah agar dapat mengetahui penyebaran dari Bluefin tuna / Tuna sirip biru dan juga dapat mengetahui klasifikasi dari Bluefin tuna / Tuna sirip biru.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etimologi
"Tuna" berasal dari perkataan Spanyol atún, dari bahasa Arab تن atau نون (tun/tunn), dari bahasa Latin thunnus, dari bahasa Yunani Kuno:θύννος – yang ditelusuri asal mulanya lagi berasal dari θύνω (thynō), yang berarti "melesat".


2.2 Klasifikasi
2.3 Ciri - ciri
Tuna sirip biru memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit memipih di sisisisinya dan dengan moncong meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebutfinlet. Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jarijari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisiksisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang (vertebrae) antara 31–66 buah.

Tuna sirip biru Atlantik adalah salah satu yang terbesar, tercepat, dan berwarna paling cantik dari semua jenis ikan di dunia. Berbentuk torpedo, tubuh ramping yang dibangun untuk kecepatan dan daya tahan. Mereka berwarna biru logam di bagian atas dan berkilauan putih keperakan di bagian bawah yang membantu menyamarkan mereka dari atas dan bawah. Dan nafsu rakus dengan variasi makanan membuat ukuran mereka memiliki panjang rata-rata 6,5 kaki (2 meter) dan berat 550 pon (250 kilogram).
Tuna sirip biru bisa mencapai ukuran besar karena memangsa terus-menerus ikanikan kecil, udang-udangan, cumi, dan belut. Mereka juga memakan zooplankton dan organisme kecil lainnya, bahkan memakan hewanhewan laut lainnya. Rentang hidup rata-rata di alam bebas mencapai 15 tahun.
Ikan tuna atlantik bersirip biru adalah binatang berdarah panas, suatu sifat yang langka di antara jenis ikan, dan mereka merasa nyaman hidup di perairan dingin di Newfoundland dan Islandia, serta perairan tropis di Teluk Meksiko dan Laut Mediterania, dimana mereka pergi setiap tahun untuk bertelur. Mereka adalah ikan yang paling ambisius dalam bermigrasi, dan beberapa spesimen mengatakan mereka berenang dari Amerika Utara ke perairan Eropa beberapa kali dalam setahun.


PENYEBARAN TUNA SIRIP BIRU
Spesies
Nama umum

Sebaran
Catatan
Tuna sirip biru selatan

Ditemukan di seluruh perairan terbuka di semua samudra belahan bumi selatan
Tuna sirip biru Pasifik

Ditemukan secara luas di Samudra Pasifik Utara, dan secara lokal di beberapa tempat di Samudra Pasifik Selatan
Sebelumnya dikenal sebagai tuna sirip biru utara.
Tuna sirip biru Atlantik
Bluefin-big.jpg
Ditemukan di Samudra Atlantik Barat dan Timur, juga di
Laut Tengah
Sebelumnya dikenal sebagai tuna sirip biru utara.
Tongkol abu-abu
Thton u0.gif
Ditemukan di perairan tropis Indo-Pasifik Barat
Dikenal sebagai tuna sirip biru utara di Australia, karena ditemukan di perairan utara mereka.

2.4 Nilai ekonomis
Mereka dihargai dalam kecepatan berenang, menerobos ke dalam air dengan sangat kuat karena dilengkapi ekor berbentuk bulan sabit yang mampu mendayung dengan kecepatan hingga 43 mil (70 kilometer) per jam. Mereka dapat menarik kembali sirip punggung dan dada mereka untuk mengurangi tekanan air. Beberapa ilmuwan menduga rangkaian“finlets” di ekor mereka mungkin berfungsi untuk mengurangi turbulensi air.
Tahukah anda? Tuna terbesar yang pernah tercatat adalah tuna sirip biru Atlantik yang tertangkap di Nova Scotia yang berbobot 593-lb (269 kg) dijual di pasar ikan Jepang dengan harga $ 736,000, dalam hitungan rupiah setara lebih dari 7 milyar, beratnya 679 kilogram. Sebuah rekor dunia.
Dengan semakin meningkatnya permintaan Jepang untuk membuat sushi segar dan meroketnya harga ikan tuna sirip biru di seluruh dunia, orang-orang pun akhirnya rela melakukan segala cara untuk menangkap ikan tuna tersebut, baik legal maupun ilegal.
Akibatnya, populasi tuna sirip biru terutama ikan besar telah menurun drastis, dan upaya konservasi internasional telah menyebabkan pembatasan untuk kebutuhan komersial. Namun demikian, paling tidak satu kelompok mengatakan penangkapan ikan ilegal di Eropa telah mendorong populasi tuna sirip biru Atlantik menuju ke jurang kepunahan.
Tuna sirip biru Atlantik di dunia kini terancam keberlangsungannya setelah upaya konservasi satwa dan fauna liar dalam konferensi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) tak mampu melindungi melalui jalur regulasi baru-baru ini. Proposal tentang perlindungan terhadap beruang kutub, tuna sirip biru, terumbu karang, dan hiu tak ada yang memperoleh dukungan mayoritas pada konferensi CITES yang diselenggarakan di Doha, Qatar pada Maret 2010.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPC00M7fo2ZvpYdQvEM_hiUKlPMjI4_PR8Bwpce2voW-oOoiNKZcGTZvPVnN-dJno9rMP4ps6_-3JMeYoTxqeAk6l4xuPJ1VSRh5DIiHndsi1DekjVjeHXC0JOSbGf_fCfOeHMr0hg2hPv/s640/tuna.png
Ikan tuna hasil tangkapan nelayan di wilayah Indonesia
CITES atau konvensi perdagangan internasional untuk spesies-spesies tumbuhan dan satwa liar, merupakan suatu pakta perjanjian yang berlaku sejak Tahun 1975. CITES merupakan satu-satunya perjanjian atau traktat (treaty) global dengan fokus pada perlindungan spesies tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang mungkin akan membahayakan kelestarian tumbuhan dan satwa liar tersebut.
Sebagaimana diketahui Jepang adalah konsumen terbesar tuna di dunia yaitu sekitar 80 persen. Jepang mengolah tuna menjadi sushi makanan eksklusif kaum kaya. Penjualan tuna untuk dijadikan sushi memberikan keuntungan yang besar bagi perekonomian Jepang. Tentunya kerugian yang besar akan dialami Jepang jika perdagangan tuna dibatasi. Oleh karena itu pantaslah jika Jepang menjadi negara penolak keras pengajuan proposal perlindungan tuna pada konferensi CITES.
Tuna sirip biru mengalami kemerosotan populasi yang cukup tajam pada 40 tahun terakhir ini. Penangkapan berlebihan oleh para nelayan tuna merupakan faktor terbesar semakin berkurangnya  populasi tuna di dunia. Harga jual yang mahal mendorong pengusaha tuna untuk terus melakukan aktivitas penangkapan tanpa mengindahkan prinsip-prinsip konservasi.
Beberapa negara yang peduli terhadap kemerosotan populasi tuna sirip biru sadar bahwa tuna memerlukan waktu untuk memulihkan populasinya. Oleh karena itu langkah pengajuan proposal dalam konferensi CITES untuk melarang perdagangan tuna dalam bentuk apapun adalah langkah yang tepat dan harus dilakukan sekarang setelah beberapa upaya sosialisasi penangkapan tuna secara lestari tidak mampu mengurangi tingkat penangkapan tuna sirip biru. Jika langkah ini gagal, dikhawatirkan spesies tuna ini akan punah untuk selamanya.
Kepentingan ekonomi jangka pendek ternyata mampu mengalahkan upaya konservasi. Keberlangsungan alam yang pada hakikatnya mempunyai peran jangka panjang dikalahkan oleh kepentingan perut manusia yang hanya sesaat. Jika demikian adanya, alamlah yang akan menyelesaikan sendiri permasalahannya melalui berbagai bencana. Harapan kini hanya pada kita yang peduli.

2.5 Penangkapan
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/ba/Thunn_albac_100708-5550_plrtu.JPG/220px-Thunn_albac_100708-5550_plrtu.JPG
Madidihang diberi es untuk mengawetkannya
 dalam pengangkutan. Palabuhanratu,Sukabumi

Tuna merupakan ikan komersial, komoditas perikanan tangkap yang penting. LSM International Seafood Sustainability Foundation telah menyusun laporan terinci mengenai stok ikan tuna dunia pada 2009, yang direvisi secara teratur. Menurut laporan itu,
“Jenis-jenis tuna yang terpenting untuk perikanan tangkap dan olahraga memancing adalah madidihang, tuna mata besar, tuna-tuna sirip biru dan tatihu, albakor, dan cakalang.
Antara 1940 dan pertengahan 1960an, tangkapan perikanan dunia terhadap lima spesies tuna terpenting telah meningkat dari angka sekitar 300 ribu menjadi sekitar sejuta ton pertahun, kebanyakan di antaranya dengan alat pancing. Dengan perkembangan teknologi alat tangkap pukat cincin (purse-seine), dalam beberapa tahun terakhir tangkapan tuna melonjak hingga lebih dari 4 juta ton pertahun. Sekitar 68 persen dari angka tersebut berasal dari Samudra Pasifik, 22 persen dari Samudra Hindia, dan 10 persen sisanya terbagi antara Samudra Atlantik dan Laut Tengah. Tangkapan cakalang mendominasi hingga 60% tangkapan, diikuti oleh madidihang (24%),mata besar (10%) dan albakora (5%). Sekitar 62% produksi dunia ditangkap dengan menggunakan pukat cincin, sebesar 14% dengan menggunakan pancing rawai tuna (longline), 11% dengan pancing huhate (pole and line), selebihnya dengan alat lain-lain.
Pada 2006 Pemerintah Australia menuduh bahwa Jepang telah memanen tuna secara berlebihan (overfishing) dan ilegal, dengan menangkap 12–20 ribu ton pertahun, jauh di atas kuota yang disepakati sebesar 6 ribu ton pertahun. Nilai kelebihan tangkapan itu ditaksir mencapai 2 miliar dolar (Amerika). Kelebihan penangkapan itulah yang diduga telah merusak stok tuna sirip biru.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Kesimpulan dari makalah ini adalah:
a.       Ikan tuna atlantik bersirip biru adalah binatang berdarah panas, suatu sifat yang langka di antara jenis ikan.
b.      Tuna sirip biru memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo.
c.       Tuna sirip biru merupakan ikan termahal didunia.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »