MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN PAYAU
( ESTUARIA )
Disusun
oleh :
Ade Winanda : 1411101010003
Januar Nanda : 1411101010005
Al – Hadi :
1411101010015
Lisma Winda : 1411101010016
M. Trieganda Mandiri : 1411101010024
Aidil Fadila :
1411101010025
Rahmad Arihta : 1411101010029
Desti Salwida Putri : 1411101010039
Nevi Sekar Sari : 1411101010009
T. Ryan Charnandi : 1411101010011
Alvian Rahmad Riski : 1411101010035
Putra Iqbal Yolanda : 1411101010032
FAKULTAS KELAUTAN DAN
PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Air sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari, permukaan bumi lebih banyak terdapat
kandungan air dari pada daratan. Ekosistem perairan umumnya terbagi menjadi
ekosistem air tawar, air laut dan air payau. Dalam makalah ini kami akan
membahas lebih khusus tentang ekosistem air payau.
Ekosistem perairan payau merupakan suatu zona
peralihan air tawar dengan air laut, dimana organisme yang tumbuh didominasi
oleh vegetasi hutan bakau atau mangrove.
Estuariamenurut definisi Pritchard (1967)
adalah ‘suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut
terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur
dengan air tawar dari buangan air daratan. Contohnya, muara sungai, teluk
pantai, rawa pasang surut, dan badan air di balik pantai. Ciri-ciri ekosistem
perairan estuari adalah arus yang tenang, residence time yang lama, adanya stratifikasi
suhu, oksigen terlarut lebih rendah dari perairan mengalir, dan tidak ada
adaptasi khusus dari organisme penghuninya. Dari hal tersebut terlihat bahwa
suhu adalah faktor pengontrol yang mempengaruhi aktifitas metabolisme dalam
rantai makanan’.
Cahaya merupakan faktor abiotik yang sangat
menentukan laju produktifitas primer perairan. Cahaya matahari ini merupakan
faktor pembatas yang cepat memudar karena kedalaman dan kekeruhan (Boyd
1982).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perairan Payau
Perairan
payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan
laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur
dengan air tawar dari buangan air daratan, perairan terbuka yang memiliki arus,
serta masih terpengaruh oleh proses-proses yang terjadi di darat.
Ekosistem
perairan payau memiliki salinitas yang berada di antara salinitas air laut dan
salinitas air tawar. Salinitas pada perairan payau tidak bisa ditebak,
dikarenakan salinitas perairan payau sangat fluktuatif. Perubahan ini
disebabkan proses biologis yang terjadi di dalam perairan tersebut serta adanya
interaksi antara perairan tambak dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya ketika
hari hujan, air tawar masuk kedalam petakan tambak menyebabkan salinitas air
tambak menurun. Atau ketika populasi fitoplankton berkembang pesat akibat
pemupukan, kandungan oksigen dalam air tambak pada malam hari menyusut drastis.
Umumnya
perubahan – perubahan yang terjadi pada perairan estuari dipengaruhi oleh dua
macam ekosistem yang berbeda, yaitu ekosistem air laut dan ekosistem air tawar
Berdasarkan pola
percampuran air tawar dan air laut, estuari dapat dibedakan menjadi pola
berikut.
1. Pola
dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary)
Pola ini ditandai dengan desakan air
laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai
dengan air laut. Pada peristiwa ini, terjadi perbedaan salinitas antara lapisan
atas dengan lapisan bawah air. Salinitas di lapisan bawah jauh lebih tinggi daripada
lapisan atas.
2. Pola
percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary)
Pola ini ditandai dengan percampuran
merata antara air laut dengan air tawar, sehingga tidak terbentuk lapisan air
secara vertikal. Namun, secara horizontal, salinitas air akan semakin meningkat
pada daerah dekat laut.
3. Kombinasi
antara pola dominasi air laut dengan pola percampuran merata
Pola inni akan sangat labil dan sangat
dipengaruhi desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran
yang tidak merata, sehingga tidak terbentuk lapisan-lapisan air yang berbeda
salinitasnya, baik secara horizontal maupun secara vertikal.
2.2 Parameter Penyusun
Perairan Payau
Secara umum komponen penyusun
perairan payau terdiri dari komponen abiotik yang meliputi parameter fisik dan
kimia sedangkan komponen biotik meliputi parameter biologi. Semua karakteristik
tersebut merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi kelangsungan hidup
organisme ekosistem payau.
2.2.1 Parameter
Kimia
Parameter kimia
air payau mencakup konsentrasi zat-zat terlarut seperti oksigen (O2), ion
hidrogen (pH), karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S),
nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2-N), dan lain-lain. Beberapa diantara yang
penting dijelaskan seperti di bawah ini.
a. Oksigen
Terlarut
Ikan
bandeng membutuhkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan pernafasannya. Oksigen
tersebut harus dalam keadaan terlarut dalam air, karena bandeng tidak dapat
mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan bandeng dan organisme-perairan
lainnya mengambil oksigen ini tanpa melibatkan proses kimia.
b. DO
meter (Dissolved Oxygen Meter)
Oksigen
masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran air, termasuk
hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan oksigen dapat
menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan bahan organik.
Cuaca mendung dan tanpa angin dapat menurunkan kandungan oksigen di dalam air.
Untuk kehidupan ikan bandeng dengan nyaman diperlukan kadar oksigen minimum 3
mg per liter. Oksigen terlarut di dalam air (Dissolved Oxygen = DO).
Dapat
diukur dengan titrasi di laboratorium serta dengan metode elektrometri
menggunakan Dissolved Oxygen Meter (DO meter).
c. Derajat
Keasaman (pH)
Derajat
keasaman air payau dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen atau
nilai yang dikenal dengan istilah pH.
Kalau
konsentrasi ion hidrogen (H+) tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih asam.
Sebaliknya kalau konsentrasi ion hidrogen rendah pH akan tinggi dan reaksi
lebih alkalis. pH air payau sangat dipengaruhi pH tanahnya. Penurunan pH dapat
terjadi selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya asam yang
kuat, adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme perairan
dan lain-lain.
d. Konsentrasi
Karbondioksida
Karbondioksida
di dalam air dapat berasal dari:
- Hasil
pernafasan organisme dalam air sendiri
- Difusi
dari udara
- Terbawa
oleh air hujan
- Terbawa
oleh air.
Konsentrasi
karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya bagi
makhluk hidup yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :
- Gangguan
pelepasan CO2 waktu ikan bernafas
- Gangguan
pengambilan O2 waktu ikan bernafas
- Penurunan
pH
Sebaliknya
CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada fotosintesis karena
gas ini merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus Calvin-Benson).
Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari 15 ppm. Pengukuran
CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.
e. Amonia
(NH3)
Amonia
di perairan payau berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan
urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air; dapat pula
berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhandan biota akuatik yang telah
mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar amonia di perairan payau
juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan pH air maka
makin tinggi pula konsentrasi NH3. Kadar amonia dapat diukur secara
kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar
setelah diberi pereaksi tertentu. Biasanya menggunakan alat bantu
spectrofotometer.
f. Asam
Sulfida (H2S)
Asam
sulfida yang merupakan salah satu asam belerang; terdapat perairan payau
sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik dan air laut yang banyak
mengandung sulfat. Kandungan H2S di perairan payau dapat diukur secara
kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar
setelah diberi pereaksi tertentu.
2.2.2 Parameter Fisika
a. Salinitas
Salinitas
atau kadar garam adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan
dan menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, bromida dan iodida dikonversi menjadi klorida dan semua bahan
organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan dalam satuan gram/kg air
atau permil (0/00). Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan tersebut,
di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
- Perairan
tawar, salinitas <0,50/00
- Perairan
payau, salinitas >0,50/00 – 300/00
- Perairan
laut, salinitas >300/00
Pada
perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang ada
yaitu:
- Oligohalin,
salinitas 0,50/00 – 3,00/00
- Mesohalin,
salinitas>3,00/00 – 160/00
- Polyhalin,
salinitas >16,00/00 – 300/00
Perubahan
salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika hujan lebat air tawar masuk ke
dalam tambak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan salinitas. Peningkatan
salinitas terjadi dikala musim kemarau, pada saat penguapan air tinggi dan
pergantian air terbatas.
b. Suhu
air
Suhu
air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalam
air, termasuk ikan. Secara umum peningkatan suhu hingga nilai tertentu diikuti
dengan peningkatan pertumbuhan ikan. Di atas nilai tersebut pertumbuhan mulai
terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati. Suhu ini berkaitan dengan
kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen. Pada keadaan suhu perairan payau
tinggi, maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah. Sebaliknya, proses
metabolisme organisme malah semakin cepat, yang berarti memerlukan oksigen
makin tinggi.
c. Kecerahan
Kecerahan
perairan payau sangat bergantung kepada banyak sedikitnya partikel (anorganik)
tersuspensi atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton. Kecerahan menggambarkan
transparansi perairan, dapat diukur dengan alat secchi disk. Nilai
kecerahan (yang satuannya meter) sangat dipengaruhi oleh keadaan
cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
2.2.3 Parameter biologi
Parameter biologi
merupakan biota perairan yang menyusun kehiduan di dalam perairan, yaitu:
a.
Plankton
Plankton
didefinisikan sebagai semua organism hidup renik yang hidup bebas di dalam
perairan dengan daya gerak yang sangat terbatas . Plankton pada perairan
estuari termasuk dalam jenis plankton bahari, dimana plankton terbagi menjadi
plankton bahari (haliplankton) dan plankton air tawar (limnoplankton). Plankton
air payau ialah plankton yang hidup diperairan salinitas rendah (0,5 – 30,0 ppt
)
b.
Benthos
Benthos
merupakan seluruh organism yang hidup di dasar perairan . Benthos umumnya
terbagi menjadi dua, yaitu zoobenthos dan fitobenthos. Fungsi benthos dalam
perairan sangat penting yaitu sebagai pengurai bahan-bahan organik yang
terdapat di dasar atau di dalam dasar perairan
c.
Perifiton
Perifiton
ialah organism yang melekat atau bergantung pada substrat
d.
Nekton
Hewan-hewan
yang berukuran lebih besar dan dan tidak terpengaruhi oleh arah arus
e.
Neuston
Organisme
yang beristirahat atau berenang di permukaan air
2.3 KARAKTERISTIK PERAIRAN PAYAU
Air payau mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang dapat
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
2.3.1 Karakteristik fisik
a. Merupakan cairan tak bewarna
b. Mempunyai densitas = 1,02 dengan pH 7,8-8,2
c. Mempunyai titik beku = -2,78oC dan titik didih = 101,1oC
d. Suhu rata-rata = ± 25oC
e. Rasanya pahit dan aromanya tergan- tung pada kemurniannya.
2.3.2 Karakteristik kimia
Karakteristik kimia yang ada dalam air dapat merugikan
lingkungan. Berikut ini beberapa karakteristik kimia dari air bersih :
a. Derajat keasaman (pH) antara 6 - 8,5
b. Jumlah
kesadahan (Total Hardness)
c. Zat organik
d. CO2 agresif
tinggi
e. Kandungan
unsur kimiawi seperti . yang banyak terkandung dalam air sumur payau
adalah Fe++, Na+, SO4=, Cl- , Mn++, Zn++ (Wulandari
A, 2009)
2.3.3Karakteristik biologi
Termasuk karakteristik biologi adalah ganggang, lumut,
dan mikroorganisme lainnya yang dapat mengganggun kesehatan, walaupun terdapat
dalam jumlah kecil . (Yusuf E, 2009)
2.4
TIPE – TIPE PERAIRAN PAYAU
Estuari dapat dibedakan menjadi 4 tipe, berdasarkan
karakteristik geomorfologisnya :
2
Estuari daratan pesisir,
dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang
menggenangi sungai dibagian pantai yang landai
3
Laguna, adalah sekumpulan air asin
yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang atau
semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol disebut laguna.
4
Fjords,merupakansemacam teluk yang berasal dari lelehan gletser atau glaciar yaitu tumpukan es yang sangat tebal dan berat.
2.5 FUNGSI PERAIRAN PAYAU
Ekosistem perairan estuari kaya akan
nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan fitoplankton. Adanya fitoplankton
yang melimpah di daerah ini mengakibatkan melimpahnya beragam ikan dan berbagai
avertebrata lain (misalnya udang, Bivalve, Echinodermata, danAnnelida).
Ekosistem estuari
juga didominasi vegetasi berupa tanaman bakau yang membentuk hutan bakau
(Mangrove). Hutan bakau memiliki vegetasi yang seragam, tajuk yang rata, dan
tidak membentuk stratifikasi vegetasi.
Pohon
bakau hanya dapat tumbuh di lingkungan air asin, berlumpur, dan tergenang.
Misalnya daerah delta, muara sungai, atau sungai-sungai pasang berlumpur. Pohon
mangrove bersifat halofit, yaitu tahan dengan kandungan garam tinggi dan
genangan air laut. Pohon bakau juga mempunyai adaptasi khusus untuk bertahan di
daerah estuari
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
- Ekosistem air payau (estuari) adalah ekosistem perairan yang habitatnya merupakan percampuran antara air laut dan air tawar. Perairan estuari mempunyai salinitas (kadar garam) yang lebih rendah dibandingkan dengan lautan, namun lebih tinggi dibandingkan air tawar.
- Estuari merupakan habitat bagi fitoplankton, beragam ikan, dan berbagai avertebrata lain (misalnya udang, Bivalve, Echinodermata, dan Annelida), serta habitat bagi mangrove.
- Pencemaran air adalah perubahan fisik atau kimiawi air dan menimbulkan pengaruh buruk bagi kehidupan organisme. Perubahan tersebut dapat terjadi di badan-badan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah. Pada umumnya, air yang tercemar mengalami perubahan warna, bau, dan rasa.
- Salinitas di perairan payau sangat berfluktuasi, karena bertemunya 2 ekosistem antara air tawar dan air laut
- Organisme yang hidup di daera estuari mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam di perairan ( eurohalin )
DAFTAR PUSTAKA
Miah,
Mazrikhatul. Mengenal Ekosistem. 2009.
Yogyakarta. PT. Pustaka Insan Madani.
Setyawan, AD.
2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah. Biodiversitas 7 (2): 159-163
Anonim. 2009. Ekosistem Estuari; dalam http://geografibaru.blogspot.com/2009/
11/ekosistem-estuari.html, diakses tanggal 26April
2015
Anonim. 20013.
Fungsi dan biota Estuari; dalam http://karyatulisilmiah.com/pengertian-deskripsi-fungsi-dan-biota-estuaria/, , diakses tanggal 26April
2015