MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN PAYAU ( ESTUARIA )

MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN PAYAU
( ESTUARIA )


Disusun oleh :
Ade Winanda                                    : 1411101010003
Januar Nanda                       : 1411101010005
Al – Hadi                                : 1411101010015
Lisma Winda                          : 1411101010016
M. Trieganda Mandiri          : 1411101010024
Aidil Fadila                            : 1411101010025
Rahmad Arihta                      : 1411101010029
Desti Salwida Putri              : 1411101010039
Nevi Sekar Sari                    : 1411101010009
T. Ryan Charnandi                : 1411101010011
Alvian Rahmad Riski                         : 1411101010035
Putra Iqbal Yolanda                         : 1411101010032
logo_unsyiah_fromacehdesain.jpg





FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015






PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang


Air sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, permukaan bumi lebih banyak terdapat kandungan air dari pada daratan. Ekosistem perairan umumnya terbagi menjadi ekosistem air tawar, air laut dan air payau. Dalam makalah ini kami akan membahas lebih khusus tentang ekosistem air payau.

Ekosistem perairan payau merupakan suatu zona peralihan air tawar dengan air laut, dimana organisme yang tumbuh didominasi oleh vegetasi hutan bakau atau mangrove.
Estuariamenurut definisi Pritchard (1967) adalah ‘suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan. Contohnya, muara sungai, teluk pantai, rawa pasang surut, dan badan air di balik pantai. Ciri-ciri ekosistem perairan estuari adalah arus yang tenang, residence time yang lama, adanya stratifikasi suhu, oksigen terlarut lebih rendah dari perairan mengalir, dan tidak ada adaptasi khusus dari organisme penghuninya. Dari hal tersebut terlihat bahwa suhu adalah faktor pengontrol yang mempengaruhi aktifitas metabolisme dalam rantai makanan’.
Cahaya merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan laju produktifitas primer perairan. Cahaya matahari ini merupakan faktor pembatas yang cepat memudar karena kedalaman dan kekeruhan (Boyd 1982). 



BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Perairan Payau


Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, perairan terbuka yang memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-proses yang terjadi di darat.
Ekosistem perairan payau memiliki salinitas yang berada di antara salinitas air laut dan salinitas air tawar. Salinitas pada perairan payau tidak bisa ditebak, dikarenakan salinitas perairan payau sangat fluktuatif. Perubahan ini disebabkan proses biologis yang terjadi di dalam perairan tersebut serta adanya interaksi antara perairan tambak dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya ketika hari hujan, air tawar masuk kedalam petakan tambak menyebabkan salinitas air tambak menurun. Atau ketika populasi fitoplankton berkembang pesat akibat pemupukan, kandungan oksigen dalam air tambak pada malam hari menyusut drastis.
Umumnya perubahan – perubahan yang terjadi pada perairan estuari dipengaruhi oleh dua macam ekosistem yang berbeda, yaitu ekosistem air laut dan ekosistem air tawar
Berdasarkan pola percampuran air tawar dan air laut, estuari dapat dibedakan menjadi pola berikut.
1.    Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary)
Pola ini ditandai dengan desakan air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dengan air laut. Pada peristiwa ini, terjadi perbedaan salinitas antara lapisan atas dengan lapisan bawah air. Salinitas di lapisan bawah jauh lebih tinggi daripada lapisan atas.

2.    Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary)
Pola ini ditandai dengan percampuran merata antara air laut dengan air tawar, sehingga tidak terbentuk lapisan air secara vertikal. Namun, secara horizontal, salinitas air akan semakin meningkat pada daerah dekat laut.

3.    Kombinasi antara pola dominasi air laut dengan pola percampuran merata
Pola inni akan sangat labil dan sangat dipengaruhi desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran yang tidak merata, sehingga tidak terbentuk lapisan-lapisan air yang berbeda salinitasnya, baik secara horizontal maupun secara vertikal.




2.2 Parameter Penyusun Perairan Payau

            Secara umum komponen penyusun perairan payau terdiri dari komponen abiotik yang meliputi parameter fisik dan kimia sedangkan komponen biotik meliputi parameter biologi. Semua karakteristik tersebut merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisme ekosistem payau.

 

2.2.1      Parameter Kimia

Parameter kimia air payau mencakup konsentrasi zat-zat terlarut seperti oksigen (O2), ion hidrogen (pH), karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S), nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2-N), dan lain-lain. Beberapa diantara yang penting dijelaskan seperti di bawah ini.

a.      Oksigen Terlarut

Ikan bandeng membutuhkan oksigen yang cukup untuk kebutuhan pernafasannya. Oksigen tersebut harus dalam keadaan terlarut dalam air, karena bandeng tidak dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan bandeng dan organisme-perairan lainnya mengambil oksigen ini tanpa melibatkan proses kimia.

b.      DO meter (Dissolved Oxygen Meter)

Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran air, termasuk hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan bahan organik. Cuaca mendung dan tanpa angin dapat menurunkan kandungan oksigen di dalam air. Untuk kehidupan ikan bandeng dengan nyaman diperlukan kadar oksigen minimum 3 mg per liter. Oksigen terlarut di dalam air (Dissolved Oxygen = DO).
Dapat diukur dengan titrasi di laboratorium serta dengan metode elektrometri menggunakan Dissolved Oxygen Meter (DO meter).




c.       Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman air payau dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen atau nilai yang dikenal dengan istilah pH.
Kalau konsentrasi ion hidrogen (H+) tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih asam. Sebaliknya kalau konsentrasi ion hidrogen rendah pH akan tinggi dan reaksi lebih alkalis. pH air payau sangat dipengaruhi pH tanahnya. Penurunan pH dapat terjadi selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya asam yang kuat, adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme perairan dan lain-lain.



d.      Konsentrasi Karbondioksida

Karbondioksida di dalam air dapat berasal dari:
-          Hasil pernafasan organisme dalam air sendiri
-          Difusi dari udara
-          Terbawa oleh air hujan
-          Terbawa oleh air.
Konsentrasi karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya bagi makhluk hidup yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :

-          Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas
-          Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas
-          Penurunan pH
Sebaliknya CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada fotosintesis karena gas ini merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus Calvin-Benson). Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari 15 ppm. Pengukuran CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.

e.       Amonia (NH3)

Amonia di perairan payau berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air; dapat pula berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhandan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar amonia di perairan payau juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan pH air maka makin tinggi pula konsentrasi NH3. Kadar amonia dapat diukur secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar setelah diberi pereaksi tertentu. Biasanya menggunakan alat bantu spectrofotometer.

f.       Asam Sulfida (H2S)

Asam sulfida yang merupakan salah satu asam belerang; terdapat perairan payau sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik dan air laut yang banyak mengandung sulfat. Kandungan H2S di perairan payau dapat diukur secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar setelah diberi pereaksi tertentu.




2.2.2      Parameter Fisika


a.      Salinitas

Salinitas atau kadar garam adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan dan menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, bromida dan iodida dikonversi menjadi klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan dalam satuan gram/kg air atau permil (0/00). Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan tersebut, di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
-          Perairan tawar, salinitas <0,50/00
-          Perairan payau, salinitas >0,50/00 – 300/00
-          Perairan laut, salinitas >300/00
Pada perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang ada yaitu:
-          Oligohalin, salinitas 0,50/00 – 3,00/00
-          Mesohalin, salinitas>3,00/00 – 160/00
-          Polyhalin, salinitas >16,00/00 – 300/00
Perubahan salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika hujan lebat air tawar masuk ke dalam tambak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan salinitas. Peningkatan salinitas terjadi dikala musim kemarau, pada saat penguapan air tinggi dan pergantian air terbatas.

 

 

b.      Suhu air

Suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalam air, termasuk ikan. Secara umum peningkatan suhu hingga nilai tertentu diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ikan. Di atas nilai tersebut pertumbuhan mulai terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati. Suhu ini berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen. Pada keadaan suhu perairan payau tinggi, maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah. Sebaliknya, proses metabolisme organisme malah semakin cepat, yang berarti memerlukan oksigen makin tinggi.


c.       Kecerahan

Kecerahan perairan payau sangat bergantung kepada banyak sedikitnya partikel (anorganik) tersuspensi atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton. Kecerahan menggambarkan transparansi perairan, dapat diukur dengan alat secchi disk. Nilai kecerahan (yang satuannya meter) sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.






2.2.3 Parameter biologi

           
Parameter biologi merupakan biota perairan yang menyusun kehiduan di dalam perairan,   yaitu:

a.     Plankton
Plankton didefinisikan sebagai semua organism hidup renik yang hidup bebas di dalam perairan dengan daya gerak yang sangat terbatas . Plankton pada perairan estuari termasuk dalam jenis plankton bahari, dimana plankton terbagi menjadi plankton bahari (haliplankton) dan plankton air tawar (limnoplankton). Plankton air payau ialah plankton yang hidup diperairan salinitas rendah (0,5 – 30,0 ppt )
b.     Benthos
Benthos merupakan seluruh organism yang hidup di dasar perairan . Benthos umumnya terbagi menjadi dua, yaitu zoobenthos dan fitobenthos. Fungsi benthos dalam perairan sangat penting yaitu sebagai pengurai bahan-bahan organik yang terdapat di dasar atau di dalam dasar perairan
c.      Perifiton
Perifiton ialah organism yang melekat atau bergantung pada substrat
d.     Nekton
Hewan-hewan yang berukuran lebih besar dan dan tidak terpengaruhi oleh arah arus
e.     Neuston
Organisme yang beristirahat atau berenang di permukaan air



2.3 KARAKTERISTIK PERAIRAN PAYAU

           
Air payau mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

2.3.1  Karakteristik fisik


a. Merupakan cairan tak bewarna
b. Mempunyai densitas = 1,02 dengan pH 7,8-8,2
c. Mempunyai titik beku = -2,78oC dan titik didih = 101,1oC
d. Suhu rata-rata = ± 25oC
e. Rasanya pahit dan aromanya tergan- tung pada kemurniannya.

2.3.2  Karakteristik kimia


Karakteristik kimia yang ada dalam air dapat merugikan lingkungan. Berikut ini beberapa karakteristik kimia dari air bersih :
a. Derajat keasaman (pH) antara 6 - 8,5
b. Jumlah kesadahan (Total Hardness)
c. Zat organik
d. CO2 agresif tinggi
e. Kandungan unsur kimiawi seperti . yang banyak terkandung dalam air sumur payau adalah      Fe++,    Na+, SO4=, Cl- , Mn++, Zn++ (Wulandari A, 2009)

2.3.3Karakteristik biologi


Termasuk karakteristik biologi adalah ganggang, lumut, dan mikroorganisme lainnya yang dapat mengganggun kesehatan, walaupun terdapat dalam jumlah kecil . (Yusuf E, 2009)



2.4  TIPE – TIPE PERAIRAN PAYAU

Estuari dapat dibedakan menjadi 4 tipe, berdasarkan karakteristik geomorfologisnya :
2               Estuari daratan pesisir, dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai dibagian pantai yang landai
3               Laguna, adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol disebut laguna.
4               Fjords,merupakansemacam teluk yang berasal dari lelehan gletser atau glaciar yaitu tumpukan es yang sangat tebal dan berat.

 

 

 

 




2.5  FUNGSI PERAIRAN PAYAU

Ekosistem perairan estuari kaya akan nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan fitoplankton. Adanya fitoplankton yang melimpah di daerah ini mengakibatkan melimpahnya beragam ikan dan berbagai avertebrata lain (misalnya udang, BivalveEchinodermata, danAnnelida).
Ekosistem estuari juga didominasi vegetasi berupa tanaman bakau yang membentuk hutan bakau (Mangrove). Hutan bakau memiliki vegetasi yang seragam, tajuk yang rata, dan tidak membentuk stratifikasi vegetasi.
Pohon bakau hanya dapat tumbuh di lingkungan air asin, berlumpur, dan tergenang. Misalnya daerah delta, muara sungai, atau sungai-sungai pasang berlumpur. Pohon mangrove bersifat halofit, yaitu tahan dengan kandungan garam tinggi dan genangan air laut. Pohon bakau juga mempunyai adaptasi khusus untuk bertahan di daerah estuari



BAB III

PENUTUPAN


3.1 KESIMPULAN

             I.            Ekosistem air payau (estuari) adalah ekosistem perairan yang habitatnya merupakan percampuran antara air laut dan air tawar. Perairan estuari mempunyai salinitas (kadar garam) yang lebih rendah dibandingkan dengan lautan, namun lebih tinggi dibandingkan air tawar.
           II.             Estuari merupakan habitat bagi fitoplankton, beragam ikan, dan berbagai avertebrata lain (misalnya udang, BivalveEchinodermata, dan Annelida), serta habitat bagi mangrove.
        III.             Pencemaran air adalah perubahan fisik atau kimiawi air dan menimbulkan pengaruh buruk bagi kehidupan organisme. Perubahan tersebut dapat terjadi di badan-badan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah. Pada umumnya, air yang tercemar mengalami perubahan warna, bau, dan rasa.
        IV.            Salinitas di perairan payau sangat berfluktuasi, karena bertemunya 2 ekosistem antara air tawar dan air laut
          V.            Organisme yang hidup di daera estuari mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam di perairan ( eurohalin )



DAFTAR PUSTAKA




Miah, Mazrikhatul. Mengenal Ekosistem. 2009. Yogyakarta. PT. Pustaka Insan Madani.

Setyawan, AD. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Biodiversitas 7 (2): 159-163

Anonim. 2009. Ekosistem Estuari; dalam http://geografibaru.blogspot.com/2009/ 11/ekosistem-estuari.html, diakses tanggal 26April 2015
Anonim. 20013. Fungsi dan biota Estuari; dalam http://karyatulisilmiah.com/pengertian-deskripsi-fungsi-dan-biota-estuaria/, , diakses tanggal 26April 2015



Makalah PENGUKURAN ARUS DAN DEBIT AIR

Laporan Praktikum Hidrodinamika Laut

HIDRODINAMIKA LAUT

”PENGUKURAN ARUS DAN DEBIT AIR”
Disusun Oleh:
NAMA                       : JANUAR NANDA
NIM                            : 1411101010005


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016





            Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan “HIDRODINAMIKA LAUT”  ini dengan baik. 
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada para asisten yang telah membantu praktikan dalam pembuatan laporan ini.Namun tidak lepas dari semua itu, praktikan menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka praktikan  membuka selebar-lebarnya untuk memberikan saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki laporan ini dengan lebih baik lagi.
            Akhirnya praktikan mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap kita semua.


  
Darussalam,  8 Juni 2016



Praktikan



DAFTAR ISI


BAB III METODE KERJA. ..................................................................



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kualitas air yang bagus di tentukan oleh pH air tersebu. Bila pH air berkisar 7 maka kualitas air tersebut bagus dan air itu belum terkontaminasi senyawa-senyawa yang mengandung logam berat yang dapat menyebabkan air tidak layak lagi untuk di pakai atau di pergunakan oleh manusia atau organieme lain karena menyebabkan kematian.
            Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan).
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat di katakana bahwa semua jenis kehidupan bersifat aquatik. Beberapa faktor tersedianya air antara lain curah hujan, kelembaban, penguapan, angin, suhu dan udara.
Limnologi merupakan ilmu dari perairan umum, berhubungan seluruh faktor yang mempengaruhi populasi yang hidup didalam perairan itu. Tidak benar menyatakan bahwa limnologi adalah sebagai kajian perairan tawar karena pada daerah kering, genangan yang ada sungguh beragam.
            Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air : 1. dibagian sungai yang relatif lurus, 2. jauh dari pertemuan cabang sungai 3. tidak ada tumbuhan air, 4. aliran tidak turbelenl, 5. aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Penuntun Praktikum Limnologi). Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.

1.2  Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a.       Untuk mengetahui volume debit air saat pasangsurutdi  perairanAlue Naga.
b.      Untuk mengetahui kecepatan arus di perairan Alue Naga.
c.       Untuk mengetahui arah pergerakan arus di perairan Alue Naga.
d.      Untuk mengetahui pengaruh pertambahan debit air oleh pergerakan arus.

1.3  ManfaatPraktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah
a.       Mengetahui volume debit air saat pasang surutdi  perairan Alue Naga.
b.      Mengetahui kecepatan arus di perairan Alue Naga.
c.       Mengetahui arah pergerakan arus di perairan Alue Naga.
d.      Mengetahui pengaruh pertambahan debit air oleh pergerakan arus.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Debir air adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang melintang pada suatu titik tertentu per satuan waktu, pada umumnya dinyatakan dalam m³/s. Debit sungai diperoleh setelah mengukur kecepatan air dengan alat pengukur atau pelampung untuk mengetahui data kecepatan aliran sungai dan kemudian mengalirkannya dengan luas melintangnya (luas potongan lintang sungai) pada lokasi pengukuran kecepatan tersebut(Sosrodarsono)2003
pergerakan air sungai sangat dipengaruhi oleh jenis bentang alam , semakin besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan , pergerakan air semakin kuat  dan kecepatan arus semakin cepat maka berpengaruh pada debit. Dalam SI (Satuan Internasional) besarnya debit dinyatakan dalam satuan m³/s. Bagi pengelola sumberdaya air debit aliran merupakan suatu informasi penting. Debit puncak over terjadi banjir maka diperlukan suatu bangunan penampung air tambahan dalam pengendaliannya. Debit air kecil maka membutuhkan perencanaan akan pemanfaatan air untuk berbagai keperluan , utamanya dalam pengentasan akan musim kemarau yang berkepanjangan, serta gambaran potensi sumberdaya dari sungai tersebut (Effendi 2003)
Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air (Gross,1990).
            Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan   pergerakan   air   dari   yang   kecil   kearah   perambatan   gelombang   sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan  laut, dan semakin besar  arus  permukaan. Dalam proses gesekan antara angin   dengan permukaan  laut  dapat (Supangat)
            Laut merupakan medium yang tak pernah berhenti bergerak, baik di permukaan maupun di bawahnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil tetapi juga bisa berukuran sangat besar. Penampilan yang paling mudah terlihat adalah arus di permukaan laut. Ada arus yang hanya bersifat lokal saja tetapi ada pula yang mengalir melintas samudra. Arus sangat penting artinya bagi pelayaran, oleh karena itu pengukuran arus sudah dilakukan sejak dulu (Nontji,2002).
            Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkaan arus pantai yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/ abrasi di pantai. Pola arus pantai ini ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusur pantai yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik (Dahuri, Rais et al. 1996)

BAB III

METODELOGI KERJA


3.1 Waktu danTempat

            Adapun kegiatan praktikum Pengantar Oseanografi dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 04 Juni 2016 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai yang bertempat di Alue Naga, Banda Aceh

3.2 Alat dan Bahan

Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu:



3.2.1 TabelAlatdanBahan
No
NamaAlat
Jumlah
1.
PapanSkalar
1 Unit
2.
Floating Grade
1 Unit
3.
Life Jacket
1 Unit
4.
Stopwatch
1 Unit
5.
Sepatu Gambir
1 Pasang
6.
P3K
1 Set
7.
AlatTulis
1 Set

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada saat praktikum pengamatan kali ini adalah :
3.3.1 Pengukuran Arus
a.       Ditancapkan papan skala pada daerah pasang surut yang masih terendam air dengan surut terendah.
b.      Dicatat tinggi permukaan laut mula-mula (T0) cm .
c.        Dicatat tinggi permukaan air laut (T1) cm setelah 10 menit.
d.      Dicatat hasil.
e.       Dilakukan pengulangan setiap 10 menit sekali.
3.3.2Pengukuran Kecepatan Arus
a.       Dilepaskan floating grade di perairan
b.      Ditekan stopwatch bersamaan dengan floating grade saat menyentuh perairan
c.       Dibiarkan floating hingga tali pengikat tertarik sempurna
d.      Dicatat waktu yang dibutuhkan oleh floating grade sampai tali pengikat terikat
e.       Dicatat hasilnya
f.       Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dalam 10 menit sekali

3.4 Analisa Data

            Rumus yang digunakan untuk menganalisa volume debit air adalah
Q = a x v
a = L x d
d = h + elevasi
Q = L  x (h + elevasi)  x v

Keterangan : Q : Debit air (m3/s)
                     L :Luaspenampang (m)
                     h :Ketinggian Air (m)
                     v ;Kecepatan arus (m/s)



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.2  Pembahasan
            Pada praktikum yang telah dilakukan pada hari sabtu, tanggal 04 Juni 2016 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai yang bertempat di Alue Naga, Banda Aceh dengan tujuan diantaranya untuk mengetahui volume debit air saat pasangsurutdi  perairanAlue Naga, kemudian untuk mengetahui kecepatan arus di perairan Alue Naga,untuk mengetahui arah pergerakan arus di perairan Alue Naga, dan juga ntuk mengetahui pengaruh pertambahan debit air oleh pergerakan arus.
            Yang pertama yaitu pengukuran pasang surut, yang dimana telah kita ketahui Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil, Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pada pengukuran pasang surut ini yang pertama kali dilakukan adalah dengan menancapkan papan skala pada daerah pasang surut yang masih terendam air dengan surut terendah, kemudian Dicatat tinggi permukaan laut mula-mula (T0) cm, setelah itu Dicatat tinggi permukaan air laut (T1) cm setelah 10 menit. Lalu hasil data yang telah di dapat kemudian dicatat untuk dianalisa.FAKTOR UTAMA PENYEBAB ARUS LAUT
1.                 FAKTOR INTERNAL
Faktor Internal termasuk perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air.
2.                 FAKTOR EKSTERNAL
Faktor Eksternal termasuk gaya tarik bulan dan matahari yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, adanya perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik.

 Dari diagram arus diatas terlihat bahwa pada menit 9:45 sampai dengan menit 10:05 arus dikatan rendah karna masih 0,2 m/s namun pda jam 10:15 arus meningkat drastis yaitu hampir mendekati 1 m/s dan di sepuluh menit kemudian arus kembali menurun lalu pada jam 10:35 arus kembali naik sama seperti pada jam 10:15, dan sepuluh menit kemudian  arus kembali naik seperti pada jam 10:35 lalu menurun secara perlahan dengan kecepatan sekitar 0,7 m/s. Naiknya kecepatan arus yang secara  cepat tadi mungkin bisa dikarnakan dorongan dari angin yang kencang atau dikarnakan adanya kapal kapal nelayan yang lewat sehingga arus tidak stabil, pada jam 11:15 sampai dengan jam 12:55 kecepatan arus naik turun dan pada jam 13:05 sampai 13:15 kecepatan arus sama yaitu 0,8 m/s kemudian perlahan turun dan menurun seperti yang terlihat pada diagram laulu setelah itu arus hampir tidak terlihat mulai dari jam 13:45 sampai pada jam 15:45.
Kemudian pada pengukuran debit air terlihat pada diagram pada jam 9:45 sampai pada jam 10:05 debit air dibawah 1000 m3. Lalu pada 10 menit kemudian, tepat pada jam 10:15 debit air meningkat secara drastis  diatas 4000 m3. Lalu di sepuluh menit kemudian debit air kembali turun dibawah 1000m3 lalu pada jam 10:35 debit air kembali meningkat melebihi yang sebelum nya yaitu 6000m3 dan di sepuluh menit kemudian debit air kembali turun. Sedikit yaitu sekitar 5200m3 lalu turun sedikit demi sedikit lagi hingga debit air kembali rendah yaitu sekitar 1000m3 hingga jam 12:55.Lalu kemudan kembali meningkat lagi diatas 4000m3 setelah itu turun  kembali




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a.       Laut merupakan medium yang tak pernah berhenti bergerak, baik di permukaan maupun di bawahnya
b.      Debit air tertinggi yaitu pada jam 10:35
c.       Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus
d.      Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan  laut, dan semakin besar  arus  permukaan


5.2 Saran
            Saran saya pada saat praktiku untuk selalu fokus dalam pengambilan data agar tidak terdapat kesalahan nantinya pada saat pengolahan data.



DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R., et al. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta. PT Pradaya Paramitha.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Gross, M. G. 1990. Oceanography: A View of the Earth. 5th Edition. Prentice Hall. London.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. PT. Djambatan. Jakarta
Sosrodarso, S. dan K. Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.
Supangat, A., Susanna. 2003. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati, BRPKP-DKP. ISBN.No. 979-97572-4-1